Sabtu, 04 Oktober 2014

Idul Fitri

   بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)

Waktu Mulai dan Berakhir Takbiran Idul Fitri

Takbiran pada saat Idul Fitri dimulai sejak maghrib malam tanggal 1 syawal sampai selesai shalat ‘id. Hal ini berdasarkan dalil berikut:
  1. Allah berfirman didalam Al-Qur'an surah Al Baqarah ayat 185, Syahru ramadaana alladzii unzila fiihi alqur-aanu hudan lilnnaasi wabayyinaatin mina alhudaa waalfurqaani faman syahida minkumu alsysyahra falyashumhu waman kaana mariidhan aw 'alaa safarin fa'iddatun min ayyaamin ukhara yuriidu allaahu bikumu alyusra walaa yuriidu bikumu al'usra walitukmiluu al'iddata walitukabbiruu allaaha 'alaa maa hadaakum wala'allakum tasykuruuna, Artinya : Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. Ayat ini menjelaskan bahwasanya ketika orang sudah selesai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadlan maka disyariatkan untuk mengagungkan Allah dengan bertakbir.
  2. Ibn Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai sahalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 5621)
Keterangan:
  1. Takbiran idul fitri dilakukan dimana saja dan kapan saja. Artinya tidak harus di masjid.
  2. Sangat dianjurkan untuk memeperbanyak takbir ketika menuju lapangan. Karena ini merupakan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Berikut diantara dalilnya:
  • Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai sahalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf)
  • Dari Nafi: “Dulu Ibn Umar bertakbir pada hari id (ketika keluar rumah) sampai beliau tiba di lapangan. Beliau tetap melanjutkan takbir hingga imam datang.” (HR. Al Faryabi dalam Ahkam al Idain)
Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.

Jumat, 03 Oktober 2014

Pulang Perjalanan

  بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)

Dan jika beliau kembali pulang, beliau membaca do’a itu lagi dan beliau menambahkan di dalamnya, “Aayibuuna taa`ibnuuna ‘aabiduuna lirabbinaa haamiduuna, Artinya : Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji Rabb kami).” (HR. Muslim no. 1342)

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma dia berkata:
 
كُنَّا إِذَا صَعِدنَا كَبَّرنَا وَإِذَا تَصَوَّبنَا سَبَّحنَا

“Jika kami melewati jalanan yang menanjak maka kami bertakbir (membaca: Allahu akbar) dan jika jalanannya menurun maka kami bertasbih (membaca: Subhanallah).” (HR. Al-Bukhari no. 2994)

Dari Khaulah binti Hakim radhiallahu anha dia berkata: Saya mendengar Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَن نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ: أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ لَم يَضُرَّهُ شَيءٌ حَتَّى يَرتَحِلَ مِن مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

“Barangsiapa yang singgah pada suatu tempat kemudian dia berdoa: A’uudzu bi kalimaatillahit taammah min syarri maa khalaq, Artinya : (Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan apa saja yang Dia ciptakan), niscaya tidak akan ada yang membahayakannya hingga di pergi dari tempat itu.” (HR. Muslim no. 2708)

Dari Ka’ab bin Malik radhiallahu anhu dia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم –  كَانَ إِذَا قَدِمَ مِن سَفَرٍ ضُحًى دَخَلَ المَسجِدَ فَصَلَّى رَكعَتَينِ قَبلَ أَن يَجلِسَ

“Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam jika beliau datang dari safar pada waktu dhuha, beliau masuk masjid lalu shalat dua rakaat sebelum duduk.”Dalam riwayat lain: “Jika beliau datang dari safar maka beliau langsung ke masjid lalu shalat dua rakaat.” (HR. Al-Bukhari no 4418 dan Muslim no. 2769)

Penjelasan ringkas:

Safar baik untuk mudik maupun untuk tujuan lain mempunyai zikir-zikir yang seorang muslim hendaknya senantiasa mengusahakan untuk membacanya. Di antaranya ada yang dibaca ketika naik kendaraan seperti pada hadits Ibnu Umar di atas, bahkan Allah Ta’ala telah berfirman:

وَجَعَلَ لَكُم مِنَ الفُلكِ وَالأَنعَامِ مَا تَركَبُونَ  لِتَستَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذكُرُوا نِعمَةَ رَبِّكُم إِذَا استَوَيتُم عَلَيهِ وَتَقُولُوا سُبحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقرِنِينَ

“Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untuk kalian kapal dan binatang ternak yang kalian tunggangi. Supaya kalian duduk di atas punggungnya kemudian kalian mengingat nikmat Rabb kalian apabila kalian telah duduk di atasnya. Dan supaya kalian mengucapkan: “Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami.” (QS. Az-Zukhruf: 12-14)

Di antaranya ada yang dibaca di tengah perjalanan seperti dalam hadits Jabir di atas. Ada juga yang dibaca ketika mampir di tengah perjalanan seperti pada hadits Khaulah di atas. Dan ada yang dibaca ketika dia pulang kembali ke rumahnya seperti zikir pada hadits Ibnu Umar di atas.

Di antara zikir yang dibaca ketika akan safar dan ketika sudah berada di atas kendaraan adalah yang tersebut dalam hadits Ali bin Abi Thalib dimana beliau menceritakan sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika akan safar:

فَلَمَّا وَضَعَ رِجلَهُ في الرِّكَابِ قَالَ: بِسمِ اللهِ فَلَمَّا استَوَى عَلَى ظَهرِهَا قَالَ: الحَمدُ للهِ ثُمَّ قَالَ: سُبحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ ثُمَّ قَالَ: الحَمدُ للهِ ثَلاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ: الله أَكبَرُ ثَلاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ: سُبحَانَكَ إِنِّي ظَلَمتُ نَفسِي فَاغفِر لي فَإِنَّهُ لا يَغفِرُ الذُّنُوبَ إِلا أَنتَ

“Tatkala beliau meletakkan kakinya pada tunggangannya beliau membaca: Bismillah. Dan ketika beliau sudah berada di atasnya beliau membaca: Alhamdulillah. Kemudian beliau membaca:  Subhaanalladzi sakhkhara lanaa haadza wamaa kunnaa lahu muqriniin wa inaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun. (Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami). Kemudian beliau membaca: Alhamdulillah. sebanyak 3 kali, kemudian membaca: Allahu akbar sebanyak 3 kali. Kemudian beliau membaca: Subhanaka inni zholamtu nafsi faghfirli, fa innahu laa yaghfirudz dzunuba illa anta. (Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku maka ampunilah aku, karena tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau).” (HR. Ahmad: 1/97, Abu Daud no. 2602, dan At-Tirmizi no. 3446)

Berangkat Perjalanan

 : بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)

Dari Khaulah binti Hakim radhiallahu anha dia berkata: Saya mendengar Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَن نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ: أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ لَم يَضُرَّهُ شَيءٌ حَتَّى يَرتَحِلَ مِن مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

“Barangsiapa yang singgah pada suatu tempat kemudian dia berdoa  : A’auudzu bi kalimaatillahit taammah min syarri maa khalaq, Artinya : Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan apa saja yang Dia ciptakan), niscaya tidak akan ada yang membahayakannya hingga di pergi dari tempat itu.” (HR. Muslim no. 2708)
Dari Ka’ab bin Malik radhiallahu anhu dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم –  كَانَ إِذَا قَدِمَ مِن سَفَرٍ ضُحًى دَخَلَ المَسجِدَ فَصَلَّى رَكعَتَينِ قَبلَ أَن يَجلِسَ

“Sesungguhnya Nabi shollallahu 'alaihi wasallam jika beliau datang dari safar pada waktu dhuha, beliau masuk masjid lalu shalat dua rakaat sebelum duduk.”

Dalam riwayat lain: “Jika beliau datang dari safar maka beliau langsung ke masjid lalu shalat dua rakaat.” (HR. Al-Bukhari no 4418 dan Muslim no. 2769)

 
Penjelasan ringkas:

Safar baik untuk mudik maupun untuk tujuan lain mempunyai zikir-zikir yang seorang muslim hendaknya senantiasa mengusahakan untuk membacanya. Di antaranya ada yang dibaca ketika naik kendaraan seperti pada hadits Ibnu Umar di atas, bahkan Allah Ta’ala telah berfirman:

وَجَعَلَ لَكُم مِنَ الفُلكِ وَالأَنعَامِ مَا تَركَبُونَ  لِتَستَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذكُرُوا نِعمَةَ رَبِّكُم إِذَا استَوَيتُم عَلَيهِ وَتَقُولُوا سُبحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقرِنِينَ

Artinya : “Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untuk kalian kapal dan binatang ternak yang kalian tunggangi. Supaya kalian duduk di atas punggungnya kemudian kalian mengingat nikmat Rabb kalian apabila kalian telah duduk di atasnya. Dan supaya kalian mengucapkan: “Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami.” (QS. Az-Zukhruf: 12-14)

Di antaranya ada yang dibaca di tengah perjalanan seperti dalam hadits Jabir di atas. Ada juga yang dibaca ketika mampir di tengah perjalanan seperti pada hadits Khaulah di atas. Dan ada yang dibaca ketika dia pulang kembali ke rumahnya seperti zikir pada hadits Ibnu Umar di atas.

Di antara zikir yang dibaca ketika akan safar dan ketika sudah berada di atas kendaraan adalah yang tersebut dalam hadits Ali bin Abi Thalib dimana beliau menceritakan sunnah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam ketika akan safar:

فَلَمَّا وَضَعَ رِجلَهُ في الرِّكَابِ قَالَ: بِسمِ اللهِ فَلَمَّا استَوَى عَلَى ظَهرِهَا قَالَ: الحَمدُ للهِ ثُمَّ قَالَ: سُبحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ ثُمَّ قَالَ: الحَمدُ للهِ ثَلاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ: الله أَكبَرُ ثَلاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ: سُبحَانَكَ إِنِّي ظَلَمتُ نَفسِي فَاغفِر لي فَإِنَّهُ لا يَغفِرُ الذُّنُوبَ إِلا أَنتَ


“Tatkala beliau meletakkan kakinya pada tunggangannya beliau membaca: Bismillah. Dan ketika beliau sudah berada di atasnya beliau membaca: Alhamdulillah. Kemudian beliau membaca:  Subhaanalladzi sakhkhara lanaa haadza wamaa kunnaa lahu muqriniin wa inaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun. (Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami). Kemudian beliau membaca: Alhamdulillah. sebanyak 3 kali, kemudian membaca: Allahu akbar sebanyak 3 kali. Kemudian beliau membaca: Subhanaka inni zholamtu nafsi faghfirli, fa innahu laa yaghfirudz dzunuba illa anta. (Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku maka ampunilah aku, karena tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau).” (HR. Ahmad: 1/97, Abu Daud no. 2602, dan At-Tirmizi no. 3446)

 

Dan setelah dia tiba di negerinya, maka disunnahkan dia langsung ke masjid sebelum ke rumahnya, lalu dia mengerjakan shalat dua rakaat, baru kemudian dia pulang ke rumahnya. Ini berdasarkan hadits Ka’ab bin Malik di atas dan juga dipertegas oleh hadits Jabir bin Abdillah dia berkata:

كُنتُ مَعَ النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم –  في سَفَرٍ فَلَمَّا قَدِمنَا المَدِينَةَ قَالَ لي: ادخُل المَسجِدَ فَصَلِّ رَكعَتَينِ

“Saya pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam perjalanan. Tatkala kami sudah pulang dan tiba di Madinah maka beliau berkata kepadaku, “Masuklah masjid lalu shalatlah dua rakaat.” (HR. Al-Bukhari: 6/193)

Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.

Diatas Kendaraan

: بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)


Dzikir diatas kendaraan :


بِسْمِ اللهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ {سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ} الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

“Dengan nama Allah. Segala puji bagi Allah. ‘Mahasuci Tuhan Yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hart Kiamat) (QS. Az-Zukhruf: 13-14). Segala puji bagi Allah (3x), Allah Mahabesar (3x), Mahasuci Engkau, ya Allah, sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau.”Abu Dawud. (3/34). no. 2602; dan At-Tirmidzi, (5/501). no. 3446. Lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/156).

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dia berkata :

أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم –  كَانَ إِذَا استَوَى عَلَى بَعِيرِهِ خَارِجًا إِلَى سَفَرٍ كَبَّرَ ثَلاثًا ثُمَّ قَالَ: سُبحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقرِنِينَ * وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ{ اللهمَّ إِنَّا نَسأَلُكَ في سَفَرِنَا هَذَا البِرَّ وَالتَّقوَى، وَمِن العَمَلِ مَا تَرضَى، اللهمَّ هَوِّن عَلَينَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطوِ عَنَّا بُعدَهُ، اللهمَّ أَنتَ الصَّاحِبُ في السَّفَرِ، وَالخَلِيفَةُ في الأَهلِ، اللهمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن وَعثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ المَنظَرِ، وَسُوءِ المُنقَلَبِ في المَالِ وَالأَهلِ.
وَإِذَا رَجَعَ قَالَهُنَّ وَزَادَ فِيهِنَّ: آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ
.

” Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berada di atas kendaraan hendak bepergian, maka terlebih dahulu beliau bertakbir sebanyak tiga kali. Kemudian beliau membaca doa sebagai berikut: “Subhaanalladzi sakhkhara lanaa haadza wamaa kunnaa lahu muqriniin wa inaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun. allahumma innaa nasaluka fi safarinaa hadzal birra wat taqwa wa minal ‘amali maa tardla allahumma hawwin ‘alainaa safaranaa hadza wathwi ‘annaa bu’dahu allahumma antash shaahibu fis safari wal khaliifatu fil ahli allahumma inni `a’uudzu bika min wa’tsaa`is safar waka`aabatil manzhari wa suu`il munqalabi fil maal wal ahli" Artinya : Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridloi. Ya Allah, permudahkanlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkaulah pendampingku dalam bepergian dan mengurusi keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan kepulangan yang buruk dalam harta dan keluarga).”

Dari Ka’ab bin Malik radhiallahu anhu dia berkata :

أَنَّ النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم –  كَانَ إِذَا قَدِمَ مِن سَفَرٍ ضُحًى دَخَلَ المَسجِدَ فَصَلَّى رَكعَتَينِ قَبلَ أَن يَجلِسَ

“Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam jika beliau datang dari safar pada waktu dhuha, beliau masuk masjid lalu shalat dua rakaat sebelum duduk.” Dalam riwayat lain: “Jika beliau datang dari safar maka beliau langsung ke masjid lalu shalat dua rakaat.” (HR. Al-Bukhari no 4418 dan Muslim no. 2769)

Penjelasan ringkas:

Safar baik untuk mudik maupun untuk tujuan lain mempunyai zikir-zikir yang seorang muslim hendaknya senantiasa mengusahakan untuk membacanya. Di antaranya ada yang dibaca ketika naik kendaraan seperti pada hadits Ibnu Umar di atas, bahkan Allah Ta’ala telah berfirman:

وَجَعَلَ لَكُم مِنَ الفُلكِ وَالأَنعَامِ مَا تَركَبُونَ  لِتَستَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذكُرُوا نِعمَةَ رَبِّكُم إِذَا استَوَيتُم عَلَيهِ وَتَقُولُوا سُبحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقرِنِينَ

“Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untuk kalian kapal dan binatang ternak yang kalian tunggangi. Supaya kalian duduk di atas punggungnya kemudian kalian mengingat nikmat Rabb kalian apabila kalian telah duduk di atasnya. Dan supaya kalian mengucapkan: “Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami.” (QS. Az-Zukhruf: 12-14)

Di antaranya ada yang dibaca di tengah perjalanan seperti dalam hadits Jabir di atas. Ada juga yang dibaca ketika mampir di tengah perjalanan seperti pada hadits Khaulah di atas. Dan ada yang dibaca ketika dia pulang kembali ke rumahnya seperti zikir pada hadits Ibnu Umar di atas.

Di antara zikir yang dibaca ketika akan safar dan ketika sudah berada di atas kendaraan adalah yang tersebut dalam hadits Ali bin Abi Thalib dimana beliau menceritakan sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika akan safar:

فَلَمَّا وَضَعَ رِجلَهُ في الرِّكَابِ قَالَ: بِسمِ اللهِ فَلَمَّا استَوَى عَلَى ظَهرِهَا قَالَ: الحَمدُ للهِ ثُمَّ قَالَ: سُبحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ ثُمَّ قَالَ: الحَمدُ للهِ ثَلاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ: الله أَكبَرُ ثَلاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ: سُبحَانَكَ إِنِّي ظَلَمتُ نَفسِي فَاغفِر لي فَإِنَّهُ لا يَغفِرُ الذُّنُوبَ إِلا أَنتَ

“Tatkala beliau meletakkan kakinya pada tunggangannya beliau membaca: Bismillah. Dan ketika beliau sudah berada di atasnya beliau membaca: Alhamdulillah. Kemudian beliau membaca:  Subhaanalladzi sakhkhara lanaa haadza wamaa kunnaa lahu muqriniin wa inaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun. (Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami). Kemudian beliau membaca: Alhamdulillah. sebanyak 3 kali, kemudian membaca: Allahu akbar sebanyak 3 kali. Kemudian beliau membaca: Subhanaka inni zholamtu nafsi faghfirli, fa innahu laa yaghfirudz dzunuba illa anta. (Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku maka ampunilah aku, karena tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau).” (HR. Ahmad: 1/97, Abu Daud no. 2602, dan At-Tirmizi no. 3446)
Dan setelah dia tiba di negerinya, maka disunnahkan dia langsung ke masjid sebelum ke rumahnya, lalu dia mengerjakan shalat dua rakaat, baru kemudian dia pulang ke rumahnya. Ini berdasarkan hadits Ka’ab bin Malik di atas dan juga dipertegas oleh hadits Jabir bin Abdillah dia berkata:

كُنتُ مَعَ النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم –  في سَفَرٍ فَلَمَّا قَدِمنَا المَدِينَةَ قَالَ لي: ادخُل المَسجِدَ فَصَلِّ رَكعَتَينِ

“Saya pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam perjalanan. Tatkala kami sudah pulang dan tiba di Madinah maka beliau berkata kepadaku, “Masuklah masjid lalu shalatlah dua rakaat.” (HR. Al-Bukhari: 6/193)

Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.

Kamis, 02 Oktober 2014

Obat Gelisah 2

  بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)

Dalam sebuah hadits Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging, apabila baik maka akan baik pula seluruh jasadnya dan apabila daging itu buruk maka akan buruk pula jasad seluruhnya, ketahuilah bahwa dia adalah hati" (Muttafaq ‘alaih). Hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya peranan hati dalam kehidupan manusia.

Menurut Imam Ghozali (1984) hati mempunyai dua pengertian, pertama berarti segumpal daging yang berbentuk bulat panjang dan terletak di dada sebelah kiri, yang didalamnya ada rongga-rongga yang mengandung darah hitam sebagai sumber roh. Kedua berarti yang halus bersifat ketuhanan dan rohaniah yang ada hubungannya dengan hati jasmani tadi.

Hati dalam arti kedua ini adalah hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif, yang menjadi sasaran dari segala perintah dan larangan Tuhan, yang akan disiksa, dicela dan dituntut segala amal perbuatannya.
Untuk menenangkan jiwa dan menentramkan hati, Allah subhanahu wa ta'ala telah memberikan obat yang sangat mujarab kepada kita sebagai hamba dalam firman-Nya :
أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْـمَئِنُّ ٱلْقُلـُوْبُ
Ingatlah, hanya dengan dzikir kepada Allah-lah hati menjadi tentram.(QS ar-Ra‘d [13] : 28)

‘Aidh al-Qarni menerangkan bahwa pada kalimat “menjadi tentram” mengandung arti kesejahteraan, seruan dan keindahan. Seolah-olah hati adalah tanah. Bagian datar adalah yang tentram sedang bagian terjal adalah yang keras dan gersang. Semoga awan Tuhan Yang Maha Pemurah menurunkan hujan wahyu ke dalam hati agar mendapatkan santapannya di setiap waktu dengan ijin-Nya—berupa dzikir, syukur, taubat, cinta dan rindu.

Hati yang tentram adalah hati yang bebas dari rasa takut, serta tenang mengharap janji Roobnya dengan penuh keyakinan, tawakal dan kejujuran. Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari pelbagai kerisauan, kegundahan, kekesalan dan guncangan. Berdzikir kepada Allah merupakan obat, penyembuhan, kesenangan dan kehidupan. Dzikir merupakan jalan paling mudah untuk meraih kemenangan dan kebahagiaan hakiki. Dengan berdzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan dan kesedihan akan sirna. Dengan berdzikir kepada Allah, segunung tumpukan beban dan permasalahan hidup akan runtuh dengan sendirinya. 

Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.

Obat Gelisah 1

: بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)

Dalam sebuah hadits Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging, apabila baik maka akan baik pula seluruh jasadnya dan apabila daging itu buruk maka akan buruk pula jasad seluruhnya, ketahuilah bahwa dia adalah hati (Muttafaq ‘alaih). Hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya peranan hati dalam kehidupan manusia.

Menurut Imam Ghozali (1984) hati mempunyai dua pengertian, pertama berarti segumpal daging yang berbentuk bulat panjang dan terletak di dada sebelah kiri, yang didalamnya ada rongga-rongga yang mengandung darah hitam sebagai sumber roh. Kedua berarti yang halus bersifat ketuhanan dan rohaniah yang ada hubungannya dengan hati jasmani tadi. Hati dalam arti kedua ini adalah hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif, yang menjadi sasaran dari segala perintah dan larangan Robb, yang akan disiksa, dicela dan dituntut segala amal perbuatannya.

Selanjutnya Imam Ghozali mengatakan bahwa taat kepada Allah dengan tidak menurutkan hawa nafsu dapat mengkilatkan hati, sebaliknya berdosa kepada Allah akan menghitamkannya. Senada dengan Imam Ghozali, Muhammad Ibrahim Salim mengatakan (1995) pengaruh dosa dalam hati sama dengan pengaruh penyakit pada tubuh. Dosa adalah penyakit hati dan tidak ada obatnya kecuali dengan bertobat untuk menghilangkan dosa yang mengkotori hati. Dengan demikian dosa akan menyebabkan hati menjadi sakit dan untuk mengobatinya adalah obat-obatan yang berupa amal ibadah. 


Obat Hati gelisah atau disebut juga galau, diantaranya dengan cara berdzikir kepada Allah azza wajalla. Dzikir adalah bacaan, puji-pujian dan lain-lain sebutan yang tidak mengandung permintaan (Ibnu Hajar Al Asqolani, 1976). Sedang menurut Hasbi Ashshiddieqy dzikir (1983:36) adalah menyebut Allah dengan membaca tasbieh (subhanallahi) membaca tahliel (la-ilaha illallahu) membaca tahmied (alhamdulillahi) membaca taqdies (quddusun), membaca takbier (Allahu Akbar), membaca hauqalah (lahaula wala quwwata illa billahi), membaca hasbalah (hasbiyallahu), membaca basmalah, membaca Al-Qur’anul Majied dan membaca do’a-do’a ma’tsur, yaitu do’a-do’a yang diterima dari Nabi sholallahu 'alaihi wasallam. Dzikir adalah mengingat Allah dalam hati dan menyebut nama-Nya pada lisan berdasarkan perintah Allah dalam Al Qur’an dan contoh-contoh dari Nabi sholallahu 'alaihi wasallam.
 
Terdapat banyak perintah untuk melaksanakan dzikir baik dalam Al Qur’an maupun hadits, diantaranya adalah dalam surat Al Ahzab ayat 41: Artinya “Sebutlah olehmu akan Allah dengan sebutan yang banyak”, surat Al Anfal ayat 45 : Artinya “Dan sebutlah olehmu akan Allah dengan sebutan yang banyak, supaya kamu mendapat kemenangan”, juga dalam Surat Ad Dahr ayat 25-26: Artinya “Dan sebutlah akan nama Tuhanmu di waktu pagi dan petang dan disebagian malam. Dan bersujudlah kepadaNya seraya bertasbih pada malam yang panjang”.

Nabi Muhammad
sholallahu 'alaihi wasallam juga menganjurkan untuk dizikir yaitu dengan sabdanya: “Barang siapa tiada banyak menyebut Allah, maka sungguh terlepas dia dari iman”, juga sabda beliau: “orang yang menyebut Tuhannya dengan orang yang tiada menyebut Tuhannya, adalah seumpama orang yang masih hidup dibanding dengan orang yang mati” (HR. Bukhori) 

Dzikir sebagai amalan ibadah yang sangat dianjurkan sangat berpengaruh positif terhadap hati manusia, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Membuat hati bersih dan bening, tenteram dan tenang. Disebutkan dalam Al-Qur’an surah Ar-Ra’du ayat 28, Artinya "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram".
  2. Hati merasa Ridho. Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, bertasbihlah dengan memuji Robbmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbihlah pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya hatimu merasa ridho. (QS. Thaha: 130).
  3. Diingat Allah dan dipenuhi rahmat dan ketenteraman. Sabdakan oleh Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam "Tidak ada majlis suatu kaum yang di dalamnya ada mengingat Allah, kecuali akan diliputi oleh para malaikat dan dipenuhi dengan rahmat, dan Allah akan mengingat mereka di sisi-Nya" (HR. Muslim)
  4. Menimbulkan rasa dekat, dalam perlindungan dan pertolongan Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqoroh ayat 152, Firman Allah, Artinya : Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. Hadits qudsi Allah ta’ala berfirman : Aku beserta hambaku selama ia sebut-Ku dan bergerak dua bibirnya pada menyebut-Ku (Ibnu Majah).
  5. Terapi bagi kegelisahan ketika manusia merasa lemah, sebagai penyangga dan penolong menghadapi berbagai tekanan dan permasalahan kehidupan. Disebutkan dalam Al-Qur’an surah Thaha 124, Firman Allah, Artinya : Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.
  6. Dibersihkan (hati) dari dosa, Bersabda Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam, Barang siapa yang berkata (yang artinya): Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya (aku berbakti) sebanyak seratus kali, niscaya digugurkan dari padanya dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih laut (Mutattaq ‘alaihi)
  7. Disembuhkan dari Penyakit (hati). Bersabda Rosulullah shollahu 'alaihi wasallam : Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut tentang manusia adalah penyakit (HR. Al Baihaqi) 
Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.

Hari Arofah 4

: بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)

Hari-hari yang paling utama di dunia adalah sepuluh hari (pertama bulan Dzulhijjah). ” (Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 1133). Demikianlah Nabi kita صلى الله عليه وسلم menerangkan kedudukan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Amal-amal saleh yang bisa ditingkatkan dan dikerjakan di hari-hari yang Allah berkahi ini, tidak terbatas dengan amalan-amalan yang telah disebutkan. Melainkan pula seluruh amalan saleh secara mutlak dianjurkan untuk ditunaikan di hari-hari ini. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

ما مِن أيامٍ العمل الصّالح فيها أحبُّ إلى الله مِن هذه الأيّامِ. قالوا: يا رسول الله، و لا الجهادُ في سبيل الله؟ قال: و لا الجهادُ في سبيل الله! إلاّ رجلٌ خرج بنفسه و ماله فلم يرجعْ مِن ذلك بشيء

Tidak ada hari-hari yang mana amal saleh di dalamnya lebih dicintai Allah dibandingkan hari-hari ini (sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah). Para sahabat bertanya, “ wahai Rasulullah, tidak pula jihad fi sabilillah? ” Beliau menjawab, “Tidak pula jihad fisabilillah, kecuali seseorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya lalu tidak kembali membawa apa-apa lagi. ” (HR. Bukhari no. 969)
Hadits di atas menunjukkan disyari’atkannya memperbanyak amal shalih secara umum pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Sebagaimana juga disebutkan dalam riwayat yang lain dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, Nabi shollallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلاَ أَعْظَمَ أَجْرًا مِنْ خَيْرٍ يَعْمَلُهُ فِي عَشْرِ الأَضْحَى
“Tidak ada satu amalan yang lebih suci di sisi Allah ‘azza wa jalla dan lebih besar pahalanya dari satu kebaikan yang dilakukan seseorang pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.” [HR. Ad-Darimi dalam Sunan-nya no. 1776 dan Al-Baihaqi

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Do’a yang paling utama adalah di hari Arafah, dan sebaik-baik apa yang aku dan para nabi sebelumku baca pada hari itu, adalah...

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر

Lâ Ilâha Illallâh Wahdahu Lâ Syarîkalahu, Lahulmulku Wa Lahulhamdu, Wahuwa ‘Alâ Kulli Syaiin Qadîr.Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Semoga Allah memudahkan kita untuk menyibukkan diri dengan do’a, dzikir dan ibadah pada hari Arafah.
 
Blogger Templates